FURINA
DE FONTAINE

Furina adalah Hydro Archon dari Fontaine, bangsa yang dikenal sebagai Nation of Justice. Sebagai pemimpin negeri yang berlandaskan hukum dan pengadilan, Furina berdiri sebagai simbol keadilan sekaligus wajah dari budaya Fontaine yang penuh gaya dan keanggunan. Kehadirannya bukan hanya sekadar figur pemimpin, tetapi juga cerminan dari bagaimana masyarakat Fontaine melihat hukum megah, dramatis, dan penuh sorotan publik.



Furina memiliki penampilan yang sangat menonjol dan ikonik. Rambut panjang berwarna perak dengan gradasi biru di ujungnya menjadi ciri khas yang membuatnya langsung dikenali. Mata berwarna biru cerah menyerupai lautan menambah daya tarik visual yang kuat. Busana Furina selalu memadukan elemen elegan dengan gaya teatrikal khas Fontaine. Pakaian yang dikenakan didominasi warna biru, putih, dan hitam dengan detail berlapis yang memberikan kesan bangsawan modern. Aksesoris dan potongan kostum yang dramatis membuat penampilannya seakan siap naik ke panggung kapan saja. Setiap detail dari penampilannya menegaskan statusnya sebagai sosok yang karismatik dan penuh simbolisme.



Kepribadian Furina dikenal ekspresif dan teatrikal. Cara berbicara sering penuh intonasi dramatis, disertai dengan gestur tangan yang besar, seolah-olah setiap percakapan adalah bagian dari sebuah pementasan. Gaya komunikasinya menjadikannya pusat perhatian di mana pun berada. Di balik gaya teatrikal tersebut, Furina memiliki karisma yang kuat. Rakyat Fontaine melihatnya sebagai pemimpin yang mampu memikat publik melalui kepercayaan diri dan daya tarik unik. Selain sisi glamornya, Furina juga sering memperlihatkan humor dan kejenakaan, menghadirkan nuansa segar bahkan dalam momen serius. Kombinasi antara kecerdasan, humor, dan gaya flamboyan membuatnya menjadi figur yang sulit ditebak. Kadang serius, kadang jenaka, tetapi selalu menarik perhatian.



Sebagai Hydro Archon, Furina memiliki peran utama dalam menjaga hukum dan sistem peradilan yang menjadi dasar kehidupan di Fontaine. Status sebagai Archon menjadikannya tidak hanya pemimpin politik, tetapi juga simbol keadilan di mata rakyat. Julukan Fontaine sebagai Nation of Justice sangat erat dengan sosok Furina. Setiap kemunculan di pengadilan atau acara publik diperlakukan seperti sebuah pertunjukan besar, dan Furina memainkan perannya dengan penuh kesadaran akan sorotan masyarakat. Posisi ini menegaskan bahwa dirinya adalah lebih dari sekadar pemimpin, Furina adalah representasi langsung dari ideologi hukum Fontaine.



Furina mencerminkan karakter bangsa Fontaine yang menjunjung tinggi hukum dengan sentuhan dramatis. Persona teatrikal yang ditunjukkan sejalan dengan budaya masyarakat Fontaine yang gemar mengedepankan formalitas, elegansi, dan pertunjukan di ruang publik. Kehadirannya sebagai Archon bukan hanya tentang kekuasaan, tetapi juga tentang citra. Furina membawa kombinasi unik antara keanggunan, drama, humor, dan wibawa, menjadikannya salah satu Archon paling berkesan di antara tujuh bangsa Teyvat.

GALLERY

STORY

Nubuat Celestia

Setelah gugurnya Archon Hydro pertama Egeria, Fontaine diwarisi oleh penerusnya. Negeri ini dikenal sebagai Nation of Justice, sebuah bangsa yang hidup dari hukum dan pengadilan. Namun sejak awal, langit telah menjatuhkan vonis melalui nubuat Celestia, umat manusia Fontaine yang lahir dari Primordial Seawater dianggap dosa di mata surgawi. Ramalan itu menyebutkan bahwa suatu hari, banjir besar akan menenggelamkan negeri dan seluruh rakyatnya musnah, hanya menyisakan Archon yang menangis di atas takhta. Nubuat itu bukan hanya beban bagi penerus Archon, tetapi juga bayangan yang kelak membelenggu Furina, gadis kecil yang tak berdosa, namun dipaksa menanggung peran dalam kisah kehancuran ini. Sejak nubuat itu lahir, takdir Fontaine tidak lagi milik rakyatnya, dan kehidupan Furina pun mulai ditulis sebagai bagian dari sandiwara surgawi, setiap detak hidupnya sudah digantungi vonis langit.

Boneka Sang Dewa

Menyadari nubuat Celestia tak bisa dihindari, sang archon mencari jalan lain. Ia tidak ingin rakyatnya hancur begitu saja, tetapi ia juga tahu dirinya sebagai Archon tidak mampu melawan suratan takdir secara langsung. Sebagai gantinya, ia memutuskan untuk menghapus keberadaannya dari panggung dunia dengan cara yang unik yaitu memisahkan diri menjadi dua. Satu sisi tetap memikul divinitasnya, sedangkan sisi lainnya ia tuangkan ke dalam tubuh seorang gadis fana yang akan dipandang dunia sebagai sang Archon. Gadis itu adalah Furina.



Sejak hari pertama, rakyat Fontaine percaya bahwa Furina adalah Hydro Archon flamboyan yang penuh karisma, hakim agung yang memimpin sidang bagaikan pertunjukan teater. Senyumnya angkuh, ucapannya lantang, dan gayanya seolah tak tergoyahkan. Namun semua itu hanyalah topeng. Furina tidak pernah benar-benar menjadi dewa. Ia hanyalah manusia biasa yang dikutuk untuk hidup abadi, tidak bisa mati, tidak bisa merasa bebas, dan tidak pernah diberi pilihan selain menjalankan peran surgawi yang dipaksakan padanya. Hidupnya bukan kehidupannya sendiri, melainkan naskah yang harus ia mainkan tanpa henti. Siang hari ia adalah Archon yang dipuja, malam hari ia kembali sendiri dalam kesepian yang menusuk. Di balik sorak rakyat yang mengaguminya, Furina hanyalah seorang gadis rapuh yang terjebak dalam sandiwara surgawi, boneka yang terikat pada benang takdir dan panggung pengadilan yang menjadi teater abadi penderitaannya.

Lima Abad Panggung Palsu

Lima abad berlalu, dan Furina terus memainkan peran yang tidak pernah ia pilih. Setiap hari ia berdiri di ruang sidang, melontarkan kata-kata penuh drama dengan senyum yang tampak meyakinkan. Rakyat Fontaine bersorak kagum, menyanjungnya sebagai Archon, simbol keadilan yang seolah tak pernah goyah. Namun semua itu hanyalah sandiwara. Di balik sorakan itu, Furina hanyalah seorang gadis fana yang tak memiliki kekuatan sejati. Kutukan membuatnya tak bisa berhenti, tak bisa menunjukkan kelemahan, bahkan tak bisa mengakui kebenaran bahwa dirinya bukan dewa. Setiap malam setelah tirai panggung tertutup, ia kembali menangis dalam kesepian yang sunyi, dihantui bisikan dalam hatinya bahwa semua ini hanyalah kebohongan. Ketakutan akan air yang tak pernah sirna, kecemasan yang menekan, dan kesendirian yang menumpuk, sedikit demi sedikit menggali jurang di dalam dirinya. Bagi dunia, Furina adalah bintang abadi yang bersinar di panggung keadilan. Namun bagi dirinya sendiri, ia hanyalah manusia rapuh yang terikat pada kebohongan surgawi selama lima abad lamanya. Pertanyaan itu terus menghantuinya, sampai kapan topeng ini bisa ia pertahankan sebelum akhirnya runtuh bersama seluruh panggung yang ia mainkan.

Nubuat dan Rencana Rahasia

Nubuat Celestia terus menghantui Fontaine seiring berlalunya waktu. sang archon tahu hari penghakiman rakyatnya akan tiba, namun ia juga sadar bahwa nubuat bukanlah sesuatu yang mutlak, ia bisa dipelintir. Demi itu, ia menciptakan Oratrice Mécanique d’Analyse Cardinale, mesin pengadilan raksasa yang menyerap kekuatan dari setiap vonis hukum. Tidak hanya menjadi landasan keadilan, tetapi juga disiapkan sebagai senjata terakhir. Bayangan ramalan itu tidak pernah lepas dari hidup Furina. Hari-harinya mungkin tampak penuh kemewahan dan sorakan, namun jauh di lubuk hatinya ia tahu bahwa banjir besar akan datang dan menelan seluruh Fontaine. Furina bukanlah dewa sejati, ia tidak memiliki kekuatan untuk menentang takdir surgawi. Satu-satunya yang bisa ia lakukan hanyalah memainkan peran yang diwariskan kepadanya. Selama lima abad, Furina memimpin sidang demi sidang, mengalirkan energi Indemnitia ke dalam mesin itu. Bagi rakyat, ia hanyalah hakim agung flamboyan yang menegakkan hukum. Tetapi bagi dirinya sendiri, setiap persidangan adalah langkah kecil menuju akhir yang sudah ditentukan sekaligus penjara tak kasatmata yang menghisap hidupnya sedikit demi sedikit. Oratrice berdiri megah di hadapan semua orang, tetapi bagi Furina mesin itu hanyalah saksi bisu dari lima abad kesendiriannya. Di balik tepuk tangan dan sorakan, Furina menyadari bahwa hidupnya bukan miliknya sendiri melainkan bagian dari rencana rahasia untuk menghadapi hari ketika nubuat Celestia akhirnya menuntut kebenarannya.

Pengungkapan di Pengadilan Terakhir

Kebenaran akhirnya terkuak ketika Traveler tiba di Fontaine. Dalam persidangan terakhir, rahasia lima abad yang terkubur akhirnya terungkap. Furina bukanlah Archon sejati, melainkan tiruan fana yang diciptakan untuk memainkan peran sebagai dewa. Seluruh rakyat Fontaine yang selama ini mengaguminya terperangah, dan bagi Furina sendiri, kenyataan itu menghancurkan segalanya. Identitas yang ia junjung selama berabad-abad runtuh dalam sekejap. Sorak kagum yang dulu mengiringinya berubah menjadi bisik curiga, tatapan penuh hormat yang pernah ia terima kini berganti kecewa dan ragu, setiap sorot mata terasa seperti pisau yang menusuk. Di ruang sidang yang megah, Furina duduk terpaku, tubuhnya bergetar seakan seluruh dunia runtuh di sekelilingnya. Semua sandiwara yang ia pertahankan, semua topeng yang ia kenakan, tercerai-berai di hadapan rakyatnya sendiri. Untuk pertama kalinya, ia berdiri telanjang di mata dunia, bukan sebagai Archon, bukan sebagai simbol keadilan, melainkan hanya seorang gadis rapuh yang terseret arus takdir yang tak pernah ia pilih. Tirai panggung jatuh, dan Furina mendapati dirinya sendiri untuk pertama kalinya, tanpa peran, tanpa naskah, tanpa tempat bersembunyi.


Pengorbanan sang Dewa

Saat nubuat Celestia akhirnya menjadi nyata dan air laut Primordial bangkit untuk menelan Fontaine, rahasia terakhir pun tersingkap. Selama ini sang penerus archon yaitu Focalors bersembunyi di balik bayangan Furina, tepatnya ia selalu berada di dalam mesin Oratrice, dan pada hari itu ia memilih jalan pengorbanan. Dengan menghancurkan singgasana Archon dan mengorbankan dirinya sendiri, ia menyerahkan seluruh kekuasaan kepada Neuvillette sebagai Hydro Dragon Sovereign sejati. Bagi Furina, momen itu adalah pukulan sekaligus pembebasan. Di hadapan matanya, sosok yang menciptakannya dan memaksanya memikul beban lima abad lamanya mengakhiri perannya sendiri. Air mata Furina jatuh bukan sebagai sandiwara seorang Archon, melainkan sebagai dirinya sendiri, seorang gadis yang akhirnya terbebas dari naskah surgawi. Dengan kekuatan penuh sebagai Hydro Dragon Sovereign, Neuvillette memutihkan dosa rakyat Fontaine dan menyelamatkan rakyat Fontaine dari kehancuran yang ditakdirkan. Nubuat Celestia memang terpenuhi, air Primordial menenggelamkan Fontaine, tetapi ketika permukaan kembali tenang, rakyatnya tetap hidup. Di tengah keajaiban itu, Furina menyadari bahwa untuk pertama kalinya, masa depan tidak lagi ditulis oleh orang lain.

Kebebasan Furina sebagai Manusia

Dengan kepergian Focalors, kutukan yang membelenggu Furina pun runtuh. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasakan dunia sebagai dirinya sendiri bukan bayangan sang dewa, bukan boneka sandiwara. Kini ia bisa merasakan kelemahan, rasa takut, bahkan kemungkinan akan kematian. Tidak lagi terikat oleh peran Archon, Furina meninggalkan panggung pengadilan yang selama lima abad mengekangnya. Ia kembali ke panggung opera, bukan untuk memainkan naskah surgawi, bukan sebagai simbol hukum, melainkan untuk mengekspresikan diri sebagai manusia yang bebas. Di akhir kisahnya, Furina menerima Hydro Vision pertamanya bukan karena garis takdir, melainkan karena tekadnya sendiri. Vision itu bukanlah lambang kuasa, melainkan pengakuan bahwa hidupnya kini benar-benar milik dirinya. Untuk pertama kalinya, Furina menatap masa depan tanpa naskah, tanpa topeng, tanpa beban.

END